 |
Relief yang menceritakan tentang penobatan Raden Wijaya
Menjadi Raja Pertama Kerajaan Majapahit |
Liburan dengan tema sejarah memang mengasyikan dan sekaligus bisa menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah nenek moyang bangsa Indonesia. Liburan di akhir bulan desember ini aku bersama seorang temanku wisata sejarah ke Trowulan tepatnya ke Pendopo Agung yang terdapat di Desa Nglinguk, Trowulan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Di trowulan banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah yang berhubungan dengan Kerajaan Majapahit yang termasyur di Nusantara. Karena di kawasan trowulan ini dulu pusat pemerintahan majapahit dijalankan. Peninggalan-peninggalannya berupa artefak, prasasti, dan banyak sekali candi-candi
( Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Brahu, dll ). Untuk Artefak, Prasasti dan benda-benda penting tentang majapahit di simpan di museum Majapahit yang ada di trowulan. Nach kita ke Pendopo Agung dulu yach karena yang ingin aku ceritakan adalah tentang siapa pendiri majapahit. Pendiri kerajaan majapahit adalah
Raden Wijaya yang bergelar
Prabu Kertarajasa Jayawardana atau lengkapnya
Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana yang memerintah pada tahun 1293-1309. Jika kalian ingin mengetahui tentang lebih jauh siapa Raden Wijaya bisa datang ke Pendopo Agung, lebih tepatnya ke di belakang halaman Pendopo Agung Majapahit disini terdapat petilasan moksanya raden wijaya ke Sang Hyang Widi. Moksa (Sanskerta: mokṣa) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha Artinya ialah
Lepasnya/terangkatnya jiwa & raga atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi / Punarbawa kehidupan. Makam raden wijaya sendiri itu sebenarnya tidak ada karena pada jaman dahulu agama yang masih di peluk itu Hindu dan Budha, Islam belum masuk ke tanah jawa. Jadi Orang yang dekat dengan sang pencipta pasti akan moksa yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan
( Hilang tanpa jejak ) hehehe. Bila Seseorang yang belum mencapai kesempurnaan jika meninggal akan di Ngaben ( Kremasi ) dalam hindu/buddha. Menurut juru kunci yang menjaga petilasan raden wijaya yang terdapat sekarang ini memang berbentuk sebuah makam tapi itu bukan makam tapi petilasan. Karena istilah makam baru dikenal pada waktu Islam masuk ke tanah jawa. di tempat petilasan banyak orang yang melakukan sembayang/ritual ( Umat Hinda/Buddha ) dan banyak orang yang melakukan semedi tergantung niat masing-masing individu
( Tidak semua orang bisa masuk ke dalam ruangan petilasan karena harus mendapat izin terlebih dahulu dari juru kunci yang menjaga ). Di tempat petilasan ini juga pada jaman Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa yang dikenal dengan sebutan Sumpah Palapa yang isinya ingin menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan majapahit. Gajah Mada di angkat menjadi Mahapatih pada masa pemerintahan
Ratu Tribhuwanatungga Dewi.
 |
Lukisan kontemporer Gajah Mada karya I Nyoman Astika. |
Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubhumi pada tahun 1258 Saka (1336 M) Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut :
“ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa”
Bila di artikan sebagai berikut :
“ Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah menyatukan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa "
Di area pendopo agung ini juga terdapat patung Gajah Mada dan Paku Bumi ( Tempat mengikatkan Tali Gajah / tunggangan Mahapatih Gajah Mada ). Jika ingin mengetahui lebih jauh tentang Raden Wijaya dan Mahapatih Gajah Mada bisa datang ke pendopo agung. Juru Kunci yang bernama bapak suroto akan menceritakannya kepada pengunjung. Tiket Masuk ke Pendopo Agung hanya Rp. 1.000,00 Murah Meriah gitu hehehehe
 |
Pintu Masuk Ke Pendopo Agung |
 |
Patung Mahapatih Gajah Mada |
 |
Patung Raden Wijaya ( Pendiri Kerajaan Majapahit ) |
 |
Relief Penobatan Raden Wijaya Sebagai Raja Majapahit |
 |
Relief tentang berdirinya Kerajaan Majapahit |
 |
Disini terdapat Monumen Nama-nama Pejabat Pangdam V Brawijaya
( Pendiri Pendopo Agung adalah Kodam V Brawijaya ) |
 |
Gerbang masuk ke petilasan Raden Wijaya |
 |
Juru Kunci bercerita tentang Sejarah Majapahit |
 |
Ponco Waliko berhuruf jawa kuno yang terdapat disebelah kanan petilasan |
 |
Ponco Waliko berbahasa jawa latin yang terdapat disebelah kiri petilasan
( Isinya sama dengan yang berhuruf jawa kuno di atas )
Ponco Waliko ( LIMA AJARAN WALI ALLAH )
LIMA BUTIR PEDOMAN HIDUP
- Harus hidup rukun dengan orang
- Tidak boleh melanggar aturan negara
- Tidak boleh mengambil yang bukan miliknya / tidak boleh bertindak yang bukan semestinya
- Tidak boleh melukai perasaan seseorang
- Tidak Boleh Mengingkari Janji
Rerangkenipun ( Lanjutannya )
- Tidak butuh bantuan/harus bisa mandiri
- Tak mencari kawan ataupun lawan yang di butuhkan hanyalah kebaikan |
 |
Batu Pengikat Gajah |
" KENALI NEGERIMU, CINTAILAH BANGSAMU "
baru tau sejarah nya, jadi pengen kapan2 main ke sana
ReplyDeletebinggung aj ma sejarah.. dikatakan hindu eh tp bener lho raden wijaya itu beragama islam. buktinya ada di sy orangnya..
ReplyDeleteMaksudnya dgn kata kata tanda kutip " buktinya ada di saya orangnya " maksudnya gimana ya ??
DeleteMaksudnya dgn kata kata tanda kutip " buktinya ada di saya orangnya " maksudnya gimana ya ??
DeleteSetau saya Prabu Wijaya memang hindu, sedangkan Prabu Brawijaya v, mualaf masuk islam dengan sebagai saksi Kanjeng Sunan Kalijaga.
DeleteThanks...
ReplyDeleteHttps://hanyagoresanbiasa.blogspot.com